Seri Kisah Inspiratif : AMILIYA NUR ROSYIDAH, LULUSAN  BERPRESTASI  MAN 1 KOTA MALANG

Seri Kisah Inspiratif : AMILIYA NUR ROSYIDAH, LULUSAN BERPRESTASI MAN 1 KOTA MALANG

     Malang (MAN 1 Kota Malang). Pada tahun pelajaran 2020/2021 ini MAN 1 Kota Malang patut berbangga hati karena salah satu lulusannya memiliki kemampuan lebih di atas rata-rata, khususnya di bidang Dakwah. Lulusan tersebut bernama Amiliya Nur Rosyidah, dari Kelas XII Bahasa. Ia memiliki prestasi yang membanggakan dalam hal kemampuannya di bidang dakwah. Lebih membanggakan lagi, putri bungsu dari Bapak Drs. H. Agung Nugroho, M.Pd. (Pengawas Madrasah di Kantor Kemenag Kota Malang) ini merupakan salah satu siswa yang menempuh masa studi di MAN 1 Kota Malang dalam waktu yang singkat, yaitu hanya 4 semester atau 2 tahun saja. Berikut ini kami sampaikan biografi ananda, terkait pendidikan dan prestasinya serta kiat-kiatnya dalam meraih prestasi tersebut:

 

LIKU-LIKU MERAIH PRESTASI

     Nama saya Amiliya Nur Rosyidah, saya lahir di Malang, 11 September 2003, saya adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Terlahir dari keluarga yang sederhana, ibu adalah seorang guru swasta dan ayah adalah seorang pengawas madrasah di Kantor Kementerian Agama Kota Malang. Pertama kali saya masuk sekolah pada tahun 2007 saat usia saya 4 tahun lebih, yaitu di TK Muslimat NU Raudlatul Ulum. Di sinilah awal mula bakat public speaking saya terlihat, saya dan satu teman di atas tingkat, dipilih untuk mengikuti perlombaan percakapan anak-anak tingkat Kabupaten Malang yang bertemakan Lumpur Lapindo karena pada saat itu masih hangat-hangatnya peristiwa tersebut. Di situlah pertama kalinya saya mengikuti suatu kompetisi. Pada 2010, ketika saya berumur 7 tahun, saya melanjutkan pendidikan di MI Raudlatul Ulum, Ngijo, Karangploso, Malang. Berbekal sedikit  pengalaman yang saya peroleh ketika menempuh Pendidikan di TK, ketika kelas 3 MI saya diikutkan lagi dalam lomba pidato Bahasa Indonesia untuk tingkat Kabupaten Malang. Kemenangan tidak langsung saya dapatkan, tapi dari pengalaman yang sangat berharga saya bisa banyak belajar.  Di kelas  3 semester dua, secara tiba-tiba saya harus mengikuti lomba dai yang diadakan oleh PT. Anugrah Citra Abadi yang bekerja sama dengan Radar Malang, dan Alhamdulillah saya meraih juara 2. Menempati kelas 4, Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk mengikuti lomba lagi, yakni pidato Bahasa Indonesia untuk mewakili porseni madrasah tingkat kecamatan, dan lanjut di tingkat kabupaten, Alhamdulillah saya meraih juara 1, dan ketika saya duduk di kelas 5 saya meneruskannya di tingkat provinsi. 

     Kemudian setelah lulus pada 2016, saya melanjutkan pendidikan di MTs Al-Maarif 01 Singosari. Ketika saya duduk di kelas 8 MTs, saya berkesempatan untuk mengikuti lomba da’i-da’iyah yang diadakan oleh Kapolres Malang dan Alhamdulillah saya bisa meraih juara 1 dan meneruskannya di tingkat provinsi kembali. Setelah itu saya melanjutkan pendidikan di MAN 1 Kota Malang, dengan target menyelesaikan pendidikan 2 tahun. Waktu itu saya tinggal di Ma’had Darul Hikmah MAN 1 Kota Malang. Di tahun pertama, saya mengikuti lomba da’i-da’iyah bersama 2 teman saya. Dan pada pertengahan semester 2 muncul wabah virus corona atau covid-19, sejak saat itu semua kegiatan madrasah maupun ma’had dilakukan secara daring. Namun, hal itu tidak menjadikan hambatan untuk saya terus berkarya, karena meskipun kegiatan banyak terbatas oleh waktu dan tempat. Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bisa mencari pengalaman lagi dalam lomba dai nasional secara virtual yang diadakan oleh keluaraga Muslim Fakultas Hukum UGM, dan Alhamdulillah saya meraih juara 2. Setelah penghujung masa studi saya di MAN 1 Kota Malang, Alhamdulillah saya meraih Juara 1 dalam kompetisi da’i-da’iyah Nasional yang diadakan oleh Universitas Widyagama Malang. Setelah itu saya melanjutkan pendidikan dan diterima melalui jalur SPAN-PTKIN di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

 

OBSESI DAN TEKAD

     Sebagaimana hidup adalah untuk terus belajar, saya bisa banyak mendapatkan pelajaran melalui cerita dalam kehidupan saya. Khususnya, dalam cerita kompetisi yang saya ikuti. Mungkin cerita saya dalam mendapatkan prestasi di atas sangat mulus dan mudah. Tapi, nyatanya tidak, rintangan dan hambatan sangat silih berganti. Sejak awal saya dikenalkan kompetisi, saya juga dikenalkan tentang konsekuensinya, yaitu kalah dan menang. Dari kecil saya bisa dibilang sering mengikuti kompetisi, tapi tidak langsung selalu menang, banyak kalahnya juga.

     Selanjutnya, ketika saya mengikuti suatu kompetisi, ada beberapa hal yang saya ingat baik-baik, yang pertama yaitu tentang kemauan untuk memulai. Kalau kata ibu saya “mulai saja dulu nanti juga pasti ada jalan” lalu dilanjutkan “jalani saja dulu, urusan gagal atau berhasil itu nanti, yang penting pengalamanlah yang bisa kita dapatkan” dan benar, lewat pengalaman itu saya jadi bisa lebih berkembang. Kemauan memulai tersebut tidak hanya untuk kompetisi saja ya, tapi juga untuk melakukan hal-hal kebaikan lainnya. Lalu, salah satu motivasi saya untuk mau mengikuti kompetisi adalah adanya nikmat sehat dan waktu luang yang diberikan Allah yang harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

     Selain kemauan untuk memulai, niat karena Allah juga diperlukan, mungkin untuk pertama kali mengikuti kompetisi, ambisi untuk menang memang hal yang sangat wajar, tapi dengan berjalannya waktu, dari pengalaman dan ilmu yang semakin banyak kita peroleh, kita juga akan semakin paham, ambisi untuk menang terkadang perlu untuk memotivasi kita agar lebih semangat mengikuti kompetisi, tapi kembali lagi, segala sesuatu itu akan lebih berkah jika niatnya karena Allah ta’ala. Lalu sebagai pondasi dalam mengikuti kompetisi dakwah, maka juga saya niatkan  untuk dakwah dan syiar atau menebar kebaikan. Agar ketika tidak mendapatkan kemenangan, saya tidak terlalu kecewa. Jadi, Ketika kemenangan kita jadikan motivasi,  dan kekalahan kita jadikan intropeksi. Maka apapun hasil nantinya insya Allah diri kita sudah siap menerima apapun hasil dari kompetisi yang kita ikuti, karena kita sudah lillahita’ala.

     Setelah adanya kemauan untuk memulai, dan niat melakukan sesuatu karena Allah,maka yang selanjutnya adalah berusaha dalam memaksimalkan kompetisi yang saya ikuti, dilanjutkan meminta ridho kepada orang tua dan guru, karena ridho dan do’a merekalah yang akan memberikan kemudahan dalam proses kehidupan kita. Dan yang terakhir adalah kesadaran, kesadaran bahwa semua hal yang saya dapatkan ini adalah dari Allah.Tanpa Allah, saya tidak tahu apa-apa, saya tidak bisa apa-apa, saya bukan siapa-siapa.

     Demikian kisah ini kami sampaikan, semoga menjadi inspirasi bagi siapapun yang membaca kisah ini untuk terus bersemangat menempa diri untuk berprestasi dan berprestasi, sesuai dengan potensi dan kompetensi masing-masing. Semoga dari rahim MAN 1 Kota Malang ini akan lahir kader-kader Da’i-Da’iyah yang siap menyebarkan risalah ajaran Nabi Muhammad SAW, amin.  (Humas)